Sunday, March 9, 2014

untitled

02.05
Dini hari yang sama dengan dini hari yang lainnya, lagi-lagi dia menagis di kamarnya. Masih dengan alasan yang sama dengan malam-malam sebelumnya. Hari itu terhitung sudah hampir 6 bulan semua nya berlalu, ketika hari-hari berat nya menjadi semakin berat. Ketika Ia harus menjalani hari dengan keyakinan yang semakin Ia pecaya bahwa pertemuan selalu datang satu paket dengan perpisahan.
Ia sudah sering mendengar ungkapan itu sebelumnya, dan Ia pun tidak pernah keberatan dengan ketentuan macam itu. Namun sungguh Ia tak pernah tahu bahwa ada perpisahan yang terasa begitu pahit sepahit-pahit nya. Menyisakan rongga dalam ruang hati nya yang terus dan terus menganga. Tak pernah sekalipun Ia terpikir bahwa hal semacam ini nyata, bahwa sesosok ciptaan Tuhan yang begitu saja datang kemudian pergi bisa mengobrak-abrik hari-hari nya.
Dia sudah menyerah, pasrah pada keadaan nya. Dia sudah mencoba berbagai cara untuk berhenti, untuk pergi. Tapi toh tak berhasil jua.
Dia berserah kepada Tuhan, membiarkan waktu menyembuhkan atau menenggelamkannya. Bertahan dengan diri yang kosongan dan tak tahu arah. Menikmati setiap pedih dan perih ketiadaan. Tetap hidup dalam fase hidup abu-abu, diamana canda dan tawa jadi hambar tak berasa.

Dia masih percaya Tuhan nya Maha Baik dan Maha Tahu. Dia masih percaya semua ini hanya 1 fase, Dia masih percaya akan tiba saat nya dia merasakan kembali canda tawa sebenarnya. Ya... Dia masih percaya.