02.05
Dini hari yang sama dengan dini hari yang lainnya, lagi-lagi dia menagis di
kamarnya. Masih dengan alasan yang sama dengan malam-malam sebelumnya. Hari itu
terhitung sudah hampir 6 bulan semua nya berlalu, ketika hari-hari berat nya
menjadi semakin berat. Ketika Ia harus menjalani hari dengan keyakinan yang
semakin Ia pecaya bahwa pertemuan selalu datang satu paket dengan perpisahan.
Ia sudah sering mendengar ungkapan itu sebelumnya, dan Ia pun tidak pernah
keberatan dengan ketentuan macam itu. Namun sungguh Ia tak pernah tahu bahwa
ada perpisahan yang terasa begitu pahit sepahit-pahit nya. Menyisakan rongga
dalam ruang hati nya yang terus dan terus menganga. Tak pernah sekalipun Ia
terpikir bahwa hal semacam ini nyata, bahwa sesosok ciptaan Tuhan yang begitu
saja datang kemudian pergi bisa mengobrak-abrik hari-hari nya.
Dia sudah menyerah, pasrah pada keadaan nya. Dia sudah mencoba berbagai
cara untuk berhenti, untuk pergi. Tapi toh tak berhasil jua.
Dia berserah kepada Tuhan, membiarkan waktu menyembuhkan atau
menenggelamkannya. Bertahan dengan diri yang kosongan dan tak tahu arah.
Menikmati setiap pedih dan perih ketiadaan. Tetap hidup dalam fase hidup
abu-abu, diamana canda dan tawa jadi hambar tak berasa.
Dia masih percaya Tuhan nya Maha Baik dan Maha Tahu. Dia masih percaya
semua ini hanya 1 fase, Dia masih percaya akan tiba saat nya dia merasakan
kembali canda tawa sebenarnya. Ya... Dia masih percaya.
No comments:
Post a Comment